CERPEN

CERPEN

Judul : Ahlan Wasahlan Ya Fatimah Az-zahra
Oleh : Irma wanti

 

Seolah tertabur Cahaya bintang, kegelapan tak lagi menjadi sahabat setia. Kini cahaya itu datang menghampiri, mengantarku kepada jalan yang penuh keajaiban.

”Maria..!!!, ayo cepetan dandannya nanti kita terlambat lagi loh.”
“Ia Mamih tunggu sebentar, kitab injil Ria ketinggalan.” Aku berlari menaiki anak tangga dengan cepat hendak mengambil kitab yang tertinggal di kamar.
“Maria…!!” lagi-lagi mamih memanggil dengan nada kesal.
“Ia mamih, cerewet banget sih. Ayo berangkat, papih mana?” Tanyaku dengan nafas yang masih ngos-ngosan.
“Papih sudah nunggu di mobil tuh dari tadi.” Jawabnya khawatir.

 

Dengan sangat terburu-buru kita langsung bergegas menuju mobil.
“Kalian ini yah, selalu saja membuat papih menunggu lama setiap mau pergi ke gereja, bisa gak sih ontime? Tuhan selalu memberkati kita, harusnya kita malu.” Bentak papih dengan raut wajah terlihat marah.

 

Aku dan Mamih hanya menunduk, tidak berani menyangkal. Papihku adalah seorang pendeta, hal yang wajar jika Dia marah kepada anak dan istrinya yang tidak patuh pada Tuhan.

 

Sesampainya di gereja, kita berdoa dengan penuh penghayatan, Papihlah yang memimpin doa umat keristiani di gereja tersebut. Setelah semua selesai, kita bergegas untuk pulang dan beristirahat. Sesampainya dirumah, kurebahkan tubuh yang lelah ini di sofa kesayanganku sambil iseng searching informasi teruptodate di google, ketika ku tulis kata surga di kolom search, muncul beberapa pilihan seperti: pengertian surga, macam-macam surga, dan masih banyak lagi. Tapi ada satu kalimat yang berhasil membuat aku penasaran. Yaitu, wanita yang pertamakali masuk surga, tanpa berpikir panjang langsung aku klik dua kali kalimat tersebut karena aku ingin tau siapa sih wanita beruntung itu?
“Hah, Mutiah? Siapa Dia?, kenapa Dia bisa jadi wanita pertama yang masuk surga?” Sahutku dalam hati tambah penasaran. Aku terus membaca dengan serius, tidak mau ada satu katapun yang terlewat, sungguh awal cerita yang menarik, aku baca dalam hati. “Suatu hari Fatimah Az-zahra bertanya kepada Rasulullah, siapakah wanita yang pertamakali masuk surga?” Rasulullah menjawab Dialah Mutiah wahai anakku. Sungguh Aku tak mengerti dengan cerita ini, sangat asing rasanya , siapa Fatimah az-zahra? siapa pula Rasulullah? Aku terus melanjutka membaca kisah Mutiah ini, pada akhir cerita Aku menemukan jawabannya mengapa Mutiah bisa masuk surga. Ternyata kesolehan, dan ketaatannya kepada suami.
Keesokan harinya aku bertanya sama Papih.
“Pap, tau gak sih siapa Rasulullah itu?” Tanyaku penasaran, tapi Papih hanya terdiam dan tiba-tiba “Plaaakkk….” Tangan Papih mendarat di pipiku, aku kaget tidak percaya, sejak Aku kecil hingga umur yang sudah menginjak 17 tahun, baru kali ini mendapat perlakuan kasar dari Papih.
“Oh Tuhanku Yesus..!!!” teriak Mamih, sambil terburu-buru menghampiri dan langsung memelukku.
“Papih kenapa tampar Maria?”, tanya Mamih marah.
“Papih gak suka ya Maria, dengan pertanyaan kamu tadi, tidak perlu kamu tahu siapa Dia karena itu bukan kewajiban kita sebagai umat kristen untuk mengetahuinya.”
Aku menundukkan kepala, dengan air mata yang terus berjatuhan, masih belum percaya dengan perlakuan Papih terhadapku, aku berlari menuju kamar dan menangis sejadi-jadinya. Kejadian ini sungguh membuatku penasaran berat mengapa Papih marah besar ketika aku bertanya tentang Rasulullah. Aku langsung searching tentang Rasululla ini, setelah aku membaca semua tentang beliau, kini aku tahu beliau adalah rasul utusan Allah yang menjadi panutan orang-orang Islam.

 

Islam? tentu saja aku tahu. Itu adalah satu dari lima agama yang di anut di Indonesia, semakin hari aku semakin tertarik mendalami sejarah Islam, perlahan-lahan aku mulai kagum dengan sosok Rasulullah yang penyabar, sederhana berahlak baik dan pemberani itu, sungguh beliau manusia yang sempurna.

 

Aku baca juga kisah Fatimah Az-zahra, tak jarang aku meneteskan air mata selama membaca kisah beliau, kedermawanannya, kasih sayangnya kepada Rasulullah (Ayahandanya), dan akhlakNya yang terpuji sungguh membuatku ingin menjadi wanita seperti Fatimah az-zahra.

 

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, Aku terus belajar memahami islam sendiri secara diam-diam, semakin hari aku semakin ingin menjadi bagian dari umat Nabi Muhammad SAW, aku pelajari Al-qur’an sedikit demi sedikit, walaupun yang kubaca hanyalah terjemahannya karena Aku tidak tahu bagaimana cara membaca kitab tersebut, Aku suka sastra dan sastra yang paling indah hanyalah Al-qur’an menurutku.

 

Setiap pulang sekolah Aku kini rajin mampir ke mesjid sekedar untuk mendengar adzan dan menyaksikan orang sembahyang. Pada suatu hari, di masjid itu ada seorang wanita cantik berjilbab menyapaku.
“Ngapain hanya di depan pintu Dek, ayo masuk kita solat berjamaah, nanti ketinggalan loh.” Sapanya lembut.
“Oh, iya Kak silahkan. Saya disini saja.” Sahutku menjawab dengan rasa malu.
“Loh kok.” Kalimat Kakak cantik ini terpotong ketika iqomah mulai berkumandang.
“Yasudah Kakak masuk duluan ya Dek.” Ia mempercepat langkahnya menuju barisan solat.
“Ia silahkan.” Sambil kulontarkan senyuman terbaik padanya.”
Selama Dia sembahyang, Ku perhatikan betapa khusunya, sungguh Aku ingin menirunya, Aku pernah membaca tentang solat, itu adalah perintah Tuhannya umat Islam yang sungguh sangat banyak manfaatnya untuk tubuh kita, selain sehat jasmani sehat juga rohani, begitulah yang aku tahu tentang solat.

 

Aku masih terdiam melamun di depan pintu mesjid.
“Tidak solat Dek?” Lamunanku buyar oleh pertanyaan tersebut.
“Eh, Kakak hehe enggak kak, jawabku masih dengan tampang yang malu-malu.”
“Loh kenapa? lagi halangan ya?
Sebenernya Aku samasekali enggak mengerti apa maksud dari halangan itu. Tapi, daripada aku hanya diam aku jawab :
“i..i..ia Kak halangan..”
“Kakak sering loh Dek liat Adek datang ke mesjid ini, tapi yang kakak lihat Adek hanya terdiam di depan pintu saja, kenapa tidak masuk?” pertanyaannya menyambar hatiku yang sedang dilema.
Aku hanya diam, karena tidak tahu harus kujawab apa, aku sendiri bingung mengapa? hati dan kaki inilah yang membawaku kesini.
“Baiklah, nama Adek siapa? Sambil menyodorkan tangannya kehadapanku.
“Dengan sepontan Aku menjawab Fatimah Az-zahra.” Aku tidak tahu mengapa kalimat itu meluncur bebas dari mulutku, apa mungkin karena aku terobsesi dengan Fatimah Az-zahra? Ah entahlah.
“Subhanalah nama yang indah, nama Kakak Aisyah, rumah Kakak tuh di sana” jari telunjuknya mengarah ke sebrang masjid.

“Kapan-kapan main ya!! Kakak tunggu loh.” Duluan ya Fatimah.
“Oh..ia ia..Kak.” jawabku tidak focus.
Matahari Mulai menyembunyikan cahaya indahnya, Aku cepat-cepat pulang ke rumah.
“Maria ! akhir-akhir ini kamu sering pulang sore. Kenapa?” tanya Papihku sinis.
“Maria les Pap,!! Jawabku dengan sedikit gugup.
“Oh. Les, tapi bukan les agama Islam kan?” Tanya Papih nada curiga.
“Enggak lah Pap,” jawabku sambil pergi meninggalkan Papih yang sepertinya belum selesai bicara.
Keinginanku semakin besar untuk memeluk agama Islam, tapi apa daya Papih tak suka, Aku juga bingung pada siapa harus belajar, ketika baca syarat pertama masuk Islam adalah membaca syahadat, bahkan akupun tak tahu apa itu syahadat.

 

Jujur saja aku jatuh cinta dengan islam. Ajarannya sangat mudah, perintah-perintah TuhanNya pun semua memiliki manfaat, seperti berhijab, berdzikir, berzakat, dan lain-lain.

 

Tiba-tiba saja aku teringat tawaran Kak Aisyah yang mengajakku mampir ke rumahnya.
Sepulang sekolah aku memberanikan diri mengunjungi Kak Aisyah.
“Permisi…tok..tok..tokk..” aku mengetuk pintu sambil melihat sekeliling rumah Kak Aisyah.
“Permi…!!” Belum aku selesai menyebut permisi Kak Aisyah membuka pintu.
“Hey. Fatimah, silahkan masuk.” Sapanya masih dengan nada yang lembut.
‘’Kirain sudah lupa sama Kakak,”
“hehe..” Aku hanya tersenyum.

“maaf ya Kak ganggu.”
“Oh. enggak kok Fatimah, Kakak lagi free hari ini, nah ini kamar Kakak, yuk masuk.”
Sungguh ini kamar yang indah, dindingnya banyak di tempel tulisan- tulisan arab dengan seni lukis yang luar biasa, Al-qur’an dan buku-buku islam berderet di atas meja. Hal itu membuatku sangat iri padanya yang memiliki kebebasan untuk belajar Islam.
“Bagus banget kak kamarnya.” Sahutku.
“Ah bisa aja dek, terimakasih, ini semua Abi Kakak yang dekor loh, oh iya Kamu masih sekolah?” Tanyanya sambil sibuk menyodorkan minum dan camilan untukku.
“Masih kak, saya siswa SMA Santopaulus.” Jawabku jujur.
“Loh, Itu kan sekolah Kristen, sahut kak Aisyah bingung.”
“Iya Kakak, Aku ini bukan seorang muslim, nama Aku juga bukan Fatimah Az-zahra, Aku Maria bertha justinus anak seorang pendeta Kristen, tapi aku jatuh cinta dengan islam ketika aku baca kisah Nabi Muhammad SAW dan Fatimah Az-zahra, Aku sungguh ingin menjadi umatnya, Aku ingin di surga nanti bertemu dengan mereka, Kak Aisyah bisa bantu Maria?” Ku lihat kak Aisyah meneteskan air mata.
“Kakak kenapa nangis? kalau misalkan Kakak tidak bisa bantu, tidak apa-apa kok.” Kulontarkan senyum terbaikku.
“Subhanallah, Kakak terharu mendengar ceritamu Dek, ahlan wa sahlan ya Fatimah Az-zahra, selamat datang di agama islam, agama yang Allah ridhoi, Kakak siap membantu mu, sungguh dengan hati yang senang.” Kak Aisyah terus menangis sambil memeluk erat tubuhku.”
“Niat baik tidak usah ditunda-tunda, mari ikut Kakak.” Kak Aisyah menarik lembut tanganku lalu membawaku ke seorang bapak paruh baya bertasbih yang ada di ruang tamu rumahnya.
“Abi, ini Maria teman Aisyah, dia ingin menjadi mualaf, bisakah Abi menuntunnya mengikrarkan syahadat?” pintanya bersemangat.
“Subhanallah, Mari sini Nak, tolong ambilkan hijab untuknya, Aisyah.” Sahut bapak itu, seolah kagum padaku.

 

Rupanya laki-laki paruh baya yang sedang berdzikir itu ayahnya Kak Aisyah, wajahnya sungguh memancarkan kedamaian, andai saja Papih seperti beliau.

 

Kak Aisyah membalutkan jilbab merah muda di kepalaku.
Setelah itu, Ayahnya kak Aisyah mengikrarkan syahadat yang kemudian diikuti olehku dengan suara yang terbata-bata, setelaah aku selesai ikrar, Kak Aisyah dan Abinya bersujud dengan cucuran air mata, akupun ikut hanyut didalamnya. Aku menangis bahagia, aku kini sah menjadi seorang muslimah, yang selama ini aku idam-idamkan. Aku sungguh akan menjalankan amanah seorang muslim dengan sebaik-baiknya, menjalankan kewajiban dan tanggung jawab ini dengan baik pula. Semuanya tidak akan kusia-siakan.

 

Sekarang namaku bukan Maria lagi, panggil Aku Fatimah Az-zahra. Sungguh beruntung menjadi Aku, yang telah di beri hidayah oleh Allah, Aku yakin jika Papih dan Mamih bahkan umat kristiani yang mau membaca tentang islam semua pasti terhipnotis akan keindahannya.

 

Kini sekarang Aku berhijab walau ku buka ketika berada di rumah dan di sekolah, Aku berharap dapat istiqomah dengan pilihanku, aku berharap ada Fatimah-fatimah lain di muka bumi ini, aku berharap Papih dan Mamihku di beri hidayah, Aku berharap suara islam menggema di muka bumi ini. Allahuakbar!!